Jumat, 15 Juni 2012

Anakku Lahir dari Rahim Televisi


Cerpen R Giryadi
(Jawa Pos, Minggu 29 Mei 2011)

Anak-anak hilang.
Aku takut mendengar jeritan anak-anak yang berlari di pematang sawah. Bermain-main layang-layang mengusir mendung dan halilintar yang menyambar-nyambar ujung rambutnya.
Mereka berteriak-teriak: ‘cempe-cempe undangna barat gedhe, tak opahi duduh tape, lek entek njupuka dhewe’.
Anak-anak berlari menyambut puting beliung. Sembari mengibas-ibaskan kaosnya, laksana cowboy yang menghalau sapi-sapi. Cakrawala memapaknya. Anak-anak hilang. Hilang ditelan senja.
Cangkul dan tampah, dipukul bertalu-talu. Malampun kian melaju.

Kamis, 14 Juni 2012

Mengenang Kota Hilang



Cerpen R Giryadi
(KOMPAS, 13 Mei 2012)

Maka lumpurpun datang membasuh wajah kota itu.
(Hasan Aspahani, 2006)
***
Itulah bait pertama yang kau tulis dengan tinta yang ragu-ragu keluar dari penanya, ketika perlahan-lahan kotaku terendam lumpur. Begitupun aku menyambut gembira, atas suratmu yang kau kirim melalui denyut hati, karena kau tau arti penderitaan kami.
Aku mengerti perasaanmu. Begitu bernafsukah kau ingin datang ke kotaku?. Begitulah yang aku rasakan dalam setiap detak nadimu. Tetapi aku tahu, kau hanya ingin mengembara lepas dalam batin kami yang menderita.
Akupun tak berharap kau datang ke kotaku. Cukuplah kau saksikan dengan mata hatimu, aku sudah gembira. Aku gembira membaca bait-bait resahmu, yang kau tuliskan dengan tinta yang ragu-ragu keluar dari penanya.